Jombang, Lintaspena.id – Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah kembali menjadi ruang pertemuan warga dari berbagai latar belakang dan lintas agama di Kota Santri Jombang, Jawa Timur. Melalui buka puasa bersama yang dihadiri Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, kebersamaan tanpa sekat agama itu menguatkan masyarakat di tengah impitan ekonomi.
Buka puasa bersama ini mengusung tema “Puasa adalah perisai keserakahan dan kemungkaran” di Gubuk Iwak Segoro Jombang, Sabtu (23/3/2024).
Ratusan warga beragam agama, budaya, dan profesi, termasuk kelompok duafa, pedagang kakilima pun menyantap takjil yang disiapkan Gusdurian Jombang bersama FRMJ (Forum Rembuk Masyarakat Jombang) yang diketuai cak Fatah, dan SPEKAL (Sekretariat Serikat Pedagang Kakilima Jombang. Acara ini disupport oleh berbagai kalangan lintas agama dan tidak ada sekat agama satu sama lain.
Acara dibuka dengan iringan tari semut oleh SLB, Paduan suara dari Crescendo, pembacaan puisi oleh Stella KVDJ, Additional perform dari Crescendo, serta Santunan anak yatim-piatu.
Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, istri Presiden ke-4 Indonesia, KH Abdurrahman Wahid alias Gusdur (duduk di kursi roda) memberikan ceramah kebangsaan.
“Puasa adalah perisai keserakahan dan kemungkaran, tema ini diusung sebagai upaya memupuk semangat persatuan dan kerukunan antarumat beragama, diikuti ratusan warga lintas agama dan kepercayaan yang ada di kabupaten Jombang ini”, ungkap Shinta Nuriyah Wahid.
Sinta mengaku bahagia bisa hadir dalam acara yang dinilainya mampu merepresentasikan wajah Jombang khususnya dan Indonesia umumnya penuh dengan keberagaman suku dan agama.
“Saya sangat bahagia, saya merasa seolah-olah melihat miniatur Indonesia yang sangat indah. Karena di sini di kota Santri Jombang berkumpul tidak hanya berbagai suku bangsa tapi juga berbagai agama. Karena itu sekali lagi saya merasa bahagia sekali bisa hadir di tempat ini, yang juga merupakan tempat kelahiran saya,” katanya.
Sinta berpesan pada seluruh masyarakat Jombang agar senantiasa menjaga kerukunan dan toleransi antarumat beragama. “Kita merupakan masyarakat pluralis, terdiri dari berbagai suku dan agama. Karena itu harus bisa hidup rukun, saling menghormati, menghargai dan saling menyayangi,” pesannya.
Di sela-sela kegiatan sapaan akrab cak Fatah mengungkapkan buka bersama ini menjadi salah satu upaya untuk terus membangun kerjasama dengan siapa saja tanpa diskriminasi apapun agam dan kepercayaannya.
“Buka bersama ini menjadi salah satu upaya dalam membangun kerjasama dengan siapa saja tanpa diskriminasi apapun agama dan kepercayaannya. Nilai tambah dari kegiatan ini adalah menjunjung tinggi rasa kemanusiaan, kerukunan, persaudaraan dan semangat kebangsaan tanpa diskriminasi”. Pungkas Cak Fatah. (Mac/Kay)