Jombang, Lintaspena.id – Problem kronis kerusakan ruas jalan Kasemen – Gudo Jombang, kini mulai menunjukkan progres kemajuan. Jalur alternatif perbatasan Jombang-Kediri tersebut sejak bulan Mei hingga September mendatang dikebut pembangunannya, agar tidak menjadi problem menahun untuk akses lalu-lintas.
Pemkab Jombang melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) menggarap proyek rekonstruksi jalan Kasemen – Gudo dengan pelaksana proyek PT Aston Jaya Mix dan konsultan CV Media Prima. Sumber dana proyek dari APBD TA 2023 dengan nilai anggaran Rp. 1.666.013.100,- dari nilai HPS Rp. 2.082.516.376,-. Sedangkan pekerjaan proyek dimulai sejak Mei 2023 dan berlangsung selama 4 bulan ke depan atau 120 hari kalender.
Menurut Kepala Dinas PUPR Jombang, Bayu Pancoroadi, dalam proyek rekonstruksi jalan Kasemen – Gudo akan dilakukan rigid beton atau cor, disesuaikan dengan kontur tanah. Selain itu, terang Bayu, diketahui selama ini kondisi jalan kabupaten tersebut rusak berat. Karena sering dilewati kendaraan berat dengan tonase melebihi kelas jalan. Padahal berulang kali Dinas PUPR Jombang selalu melakukan pengaspalan ulang. Namun upaya penambalan, pengerasan hingga pengaspalan jalan, terasa sia-sia. Karena dalam rentang waktu tidak terlalu lama, jalan kembali rusak.
“Apalagi di musim hujan dengan beban kendaraan berat yang melintasi volume lalin cukup padat. Jadi secara teknis, kalau jalan tidak di beton, maka kualitas jalan di perbatasan Kasemen – Gudo dengan Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri, akan mudah rusak,” papar Bayu.
Saat ini, lanjut Bayu, proyek rekonstruksi jalan Kasemen – Gudo sudah dalam tahap pengecoran satu lajur. Sehingga berakibat arus lalu-lintas tersendat dan diberlakukan sistem buka-tutup. Resikonya, jalur perbatasan Jombang – Kediri jadi langganan macet.
Meski demikian, Bayu tidak mengelak bila pengerjaan proyek terkendala dengan masih dibukanya arus lalu-lintas satu lajur. Namun upaya solutif dilakukan dengan membatasi jenis kendaraan yang melintas di area proyek.
“Maksimal truk ukuran kecil serta kendaraan roda dua dan empat saja. Untuk truk tronton, truk gandeng atau tonase berat dilarang melintasi lokasi proyek,” urai Bayu.
Di sisi lain agar tidak mengganggu arus lalu-lintas, imbuh pria berkacamata minus ini, pengecoran jalan cenderung banyak dilakukan saat malam hari. “Kalau malam hari kan volume kendaraan menurun signifikan. Sehingga relatif lancar untuk tahap pengecoran,” jelas Bayu.
Sementara itu, dampak dari proyek rekonstruksi jalan Kasemen – Gudo, diakui Bayu menimbulkan polusi debu. Namun debu tersebut disebabkan akibat arus lalu-lintas kendaraan yang masih lalu-lalang. Untuk itu, sebagai antisipasi dan mengurangi polusi debu tersebut, Dinas PUPR Jombang telah menginstruksikan pada kontraktor pelaksana proyek untuk sering melakukan penyiraman dengan menggunakan truk tangki air.
Bayu tak menampik, setiap pelaksanaan proyek jalan, pasti merasakan betapa tingginya masalah sosial yang harus dihadapi pelaksana proyek. Karena akan bersinggungan langsung dengan masyarakat di sekitar lokasi proyek. Akan halnya dengan dampak dari proyek rekonstruksi jalan Kasemen – Gudo, Bayu mengharapkan pengertian warga sekitar proyek. Sebab di penghujung September mendatang, proyek pengecoran jalan Kasemen-Gudo akan tuntas. “Saat proyek selesai, maka problem menahun berupa jalan rusak, becek, berdebu dan macet tidak akan terulang lagi,” pungkas Bayu.
(Kris/Mac)