lintaspena.id – Beirut, 24 September 2024 – Situasi keamanan di Lebanon saat ini sedang mengalami peningkatan ketegangan akibat konflik yang melibatkan serangan roket dari Israel ke wilayah pemukiman Hezbollah di Selatan Lebanon. Menurut Ariq Fadhlur Cahyanto, Presiden PPI Lebanon 2023-2024 Kabinet Berdaya Berkarya, kondisi Warga Negara Indonesia (WNI) di Lebanon, khususnya di Beirut dan Tripoli, saat ini aman. Serangan roket hanya menyasar wilayah Selatan Lebanon, yang mayoritas dihuni oleh kelompok Hezbollah.
Kondisi Keamanan WNI Ariq Fadhlur Cahyanto menekankan bahwa sebagian besar WNI tinggal di wilayah Beirut dan Tripoli, terutama di wilayah pusat kota Beirut secara keseluruhan cenderung aman. Tripoli, yang berjarak sekitar 80 km di Utara Beirut, juga berada di luar jangkauan serangan langsung. KBRI Beirut dan Kementerian Luar Negeri mengimbau agar seluruh WNI membatasi aktivitas di luar kota dan menghindari daerah pemukiman Syiah di wilayah Selatan, sesuai dengan arahan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
KBRI bersama Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia terus mensosialisasikan prosedur evakuasi dan menghimbau agar WNI di Lebanon selalu waspada dan mengikuti instruksi dari otoritas setempat.
Dampak pada Penerbangan dan Infrastruktur Bandara Internasional Beirut menjadi salah satu target serangan roket yang dilakukan pada Senin, 23 September 2024. Akibat serangan ini, seluruh penerbangan dari dan ke Beirut dibatalkan. Setiap harinya, sekitar 30 penerbangan tidak beroperasi. Pihak bandara belum mengumumkan kapan aktivitas penerbangan akan kembali normal.
Kebijakan Pendidikan Sejalan dengan meningkatnya ketegangan, Kementerian Pendidikan Lebanon memutuskan untuk meliburkan seluruh sekolah dan universitas selama satu minggu mulai Selasa, 24 September 2024. Kebijakan ini diambil setelah serangan roket pada Senin, 23 September 2024, yang menargetkan pemukiman Hezbollah di Selatan Lebanon.
Selain itu, sesuai arahan Menteri Pendidikan Lebanon, Abbas Halabi, kampus dan sekolah di seluruh negeri akan digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi warga yang terlantar dari wilayah Selatan.
Dampak Ekonomi Ketegangan di Lebanon juga berdampak pada sektor ekonomi, terutama biaya transportasi. Ariq Fadhlur Cahyanto melaporkan bahwa warga Lebanon yang bermukim di wilayah Selatan telah mulai berpindah ke wilayah Utara, menyebabkan lonjakan biaya transportasi hingga tiga kali lipat. Tarif yang biasanya sekitar 3 dolar AS kini naik menjadi 10 dolar AS. Di sisi lain, akses perbankan pun mengalami pengetatan, dengan kebijakan pembatasan penarikan uang tunai di ATM sebesar 200 dolar AS per bulan.
Imbauan kepada WNI Presiden PPI Lebanon, Ariq Fadhlur Cahyanto, menghimbau kepada seluruh WNI untuk tetap tenang namun waspada, menghindari perjalanan ke wilayah konflik, dan selalu berkoordinasi dengan pihak KBRI untuk mendapatkan informasi dan bantuan jika diperlukan.
PPI Lebanon dan KBRI terus bekerja sama untuk memastikan keselamatan WNI di tengah situasi yang berkembang.
Riyadh, 25 September 2024
(PPIDK Timur Tengah dan Afrika)