Foto pemilik Mie Ayam & Bakso Sony Joss Jombang
Jombang, Lintaspena.id – Citarasa Khas bakso dan mie ayam sony Joss menjadi salah satu pilihan kuliner di Jombang. Rasanya yang nikmat dengan aroma menggugah selera dengan kwalitas daging sapi pilihan terbaik. Citarasa khas ini tetap terjaga sejak tahun 1993.
Mie ayam dan bakso ini berasal dari Desa Diwek, Kecamatan Diwek, Jombang. Mulyanto alias sony joss (50) pria asal Solo yang juga pecinta merpati balap sang Pemilik kuliner ini mengaku awal dari jualan keliling dan buatan tangan sendiri bahkan giling dagingnya pun sendiri. Citarasa sangat khas terasa nikmat, mie ayam dan bakso hasil olahan sendiri dengan daging berkualitas pilihan dan sampai saat ini tidak pernah berubah rasanya sejak awal. Kuahnya juga gurih, pas untuk menggoyang lidah dan menggugah selera. Terlebih lagi, harganya sangat terjangkau.
“Awalnya saya jualan keliling di tahun 1993 di seputaran Diwek dan pondok pesantren Tebuireng. Point pertama yang kita utamakan adalah kwalitas rasa dan pakai daging sapi yang bagus, dengan rasa yang tidak pernah berubah dari awal serta pelayanan yang ramah dan kenyamanan pelanggan,” kata Mulyabto pemilik Warung mie ayam dan bakso Bakso kepada awak media (Selasa, 18/7/2023).
Tampak terlihat setiap hari warung mie ayam dan bakso sony joss milik tak pernah sepi pembeli. Hari-hari biasa, ia mampu menjual 600-800 mangkuk dengan omzet Rp 8-10 juta per hari. Sedangkan di akhir pekan, penjualannya mencapai 1.000 lebih mangkuk dengan omzet Rp 15-18 juta per hari.
“Sampai saat ini kita mempunyai empat cabang bakso di area Jombang, yaitu Cabang Sambong Indah, Plandi, Bandarkedungmulyo, pusatnya di utara perempatan pabrik triplek playwood, Harga pun kita sesuaikan dengan kocek terjangkau, mie ayam biasa dibandrol harga Rp 7.000,- Mie ayam bakso Rp 12.000,- dan Bakso cukup dengan harga Rp 10.000,-” ujarnya.
Warung Mie ayam dan bakso ini buka setiap hari mulai pukul 07.30 WIB sampai pukul 21.00 WIB. Dengan dibantu 12 lebih karyawanny. Pria pecinta merpati balap dan juga Bapak anak satu ini harus mengeluarkan kurang lebih Rp 25 juta per bulan untuk menggaji pekerjanya.
“Alhamdulillah saat ini saya hanya mengontrol kualitasnya saja. Karyawan kita beri pelatihan sendiri untuk memberikan takaran yang pas. Daging kita giling sendiri. Warung mie ayam dan bakso diawasi Dinas Kesehatan, dan kami tidak memakai bahan pengawet,” ungkapnya.
Nama besar sony joss tak lepas dari perjuangan Mulyanto dan sang istri sejak di perantauan Sulawesi. Ia memulai bisnisnya sejak usia 17 tahun, dengan menjajakan bakso buatannya berkeliling dari awal jualan dengan harga lima puluh rupiah, tiga ratus rupiah hingga saat ini sepuluh ribu rupiah,” jelasnya.
“Kenapa saya kasih nama sony joss karena dulu saya terinspirasi dari bakso sony di Solo Jawa Tengah yang sangat kondang, maka saya ambil nama sony ditambah joss dan saya suka gending-gending jawa tidak asing nama sony ini karena mudah dikenal dan dihafal orang, sehingga nama bakso Sony Joss sampai saat ini tidak pernah berubah,” ungkapnya.
Perlahan tapi pasti, nama Sony Joss banyak dikenal masyarakat. Bisnis mulyanto pun terus berkembang. Sehingga ia mampu membeli lahan dan bangunan sendiri untuk warung nya. Bagi warga Jombang, penikmat bakso tak sekedar memanjakan lidah yang bukan hanya datang dan makan di tempat. Tapi banyak juga berbentuk pesanan yang dibungkus.