Jombang, Lintaspena.id – Pagi itu, Suasana sekolah cukup ramai. Puluhan siswa MAN 9 Jombang, nampak antusias mengikuti kegiatan Pelatihan jurnalistik yang dilaksanakan pada hari Selasa, 19 November 2024, dihadiri langsung dua orang pemateri jurnalis senior, yakni Yusuf Wibisono dan Diana Kholidah, yang memberikan bekal pengetahuan ilmu dasar-dasar menulis. Namun yang menarik adalah berbagi kisah pengalaman lika-liku dalam melakukan reportase. Banyak kisah yang menginspirasi, dan bisa dijadikan siswa semakin penasaran.
Dalam paparan Yusuf, bahwa dunia jurnalistik dalam sejarah panjang banyak mengalami banyak mengalami perubahan. Dari mulai zaman kertas sampai pada era digital saat ini, peran media mampu memberikan kontribusi tersendiri dalam dunia literasi. ”Dulu 1744: Surat kabar pertama di Indonesia yang diterbitkan oleh Bataviasche Nouvelles pemerintah kolonial Belanda, sedangkan Surat kabar berbahasa Jawa pertama yang ditujukan untuk pribumi, mulai muncul pada tahun 1855 yakni Bromartani. Sedangkan Surat kabar nasional pertama Medan Prijaji di tahun 1907yang menggunakan bahasa Melayu dan didirikan oleh Tirto Adhi Soerjo. Di era Masa Pergerakan Nasional, Peran pers sebagai corong perjuangan: Media massa menjadi alat penting untuk menyebarkan ide-ide nasionalisme dan mengkritik kebijakan kolonial. Seperti Munculnya berbagai surat kabar dan majalah: Seperti Sin Po, Bintang Timur, dan Hindia Poetra” jelas Yusuf.
Ia melanjutkan pada masa penjajahan Jepang ini mulai ada kebijakan Sensor ketat, diamana Pemerintah Jepang melakukan sensor ketat terhadap media massadengan tujuan untuk menyebarkan propaganda Jepang. ”Masa Kemerdekaan, Lahirnya LKBN (Lembaga Kantor Berita Nasional) Antara didirikan pada 1937 dan menjadi tulang punggung informasi di Indonesia. Disini mulai Berkembang radio dan televisi yakni RRI dan TVRI menjadi media massa yang sangat berpengaruh. Sampai masa Orde Baru, Pers mengalami masa sulit akibat adanya UU Pers yang membatasi kebebasan pers” lanjutnya
Yusuf menerangkan dengan gamblang bagaimana sejarah pers, masuk pada era reformasi kebebasan pers, ditandai dengan runtuhnya Orde Baru. Pers Indonesia mendapatkan kebebasan yang lebih besar. Munculnya media online. Internet membuka terbukanya kran arus informasi dalam dunia jurnalistik. Namun disinilah muncul sebuah tantangan baru, pers dihadapkan pada tantangan seperti hoaks, ujaran kebencian, dan bisnis media yang semakin kompleks. Untuk itu para jurnalis harus mampu mengedepankan akurasi dan objektivitas dalam setiap berita yang dihasilkan. “Jurnalis memiliki tanggung jawab besar untuk menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat. Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati dalam mengolah data dan menyajikan berita,” ujarnya.
Paham Jurnalistik, jurus menangkal HOAKs
Belajar jurnalistik menawarkan segudang manfaat yang melampaui sekadar menjadi seorang wartawan. Disamping terampil menulis, tentunya siswa juga terinspirasi menjadi jurnalis yang berintegritas. Salah satu peserta yang mencuri perhatian adalah Bilqis Hibatullah Setiadi, siswi kelas 11B. Dengan mata berbinar, Bilqis mengungkapkan, “Pelatihan ini membuka jendela pengetahuan saya tentang pentingnya jurnalisme dalam kehidupan. Kita diajak mampu Berpikir Kritis, karena dengan dunia Jurnalistik melatih kita untuk menganalisis informasi secara mendalam, membedakan fakta dan opini, serta mengevaluasi sumber informasi. Saya termotivasi untuk menggali lebih dalam tentang isu-isu sosial dan menyuarakan kebenaran melalui tulisan.”
Sementara itu, Diana Kholidah, selaku pemateri kedua, mengajak para siswa untuk berlatih bagaimana cara berKomunikasi yang Efektif dengan para nara sumber. Karena Kemampuan menulis yang baik itu juga di dapat dari proses pencarian data melalui kepiawaian penulis dalam bertanya. Disamping itu secara otomatis ketrampilan berbicara di depan umum, dan berinteraksi dengan berbagai macam orang adalah keterampilan yang sangat penting dalam jurnalistik. ”dalam melakukan suatu investigasi, ada beberapa persiapan matang, yakni kuasai materinya dulu, pelajari dulu agar tidak salah dalam bertanya. Jangan pernah berhenti bertanya dan menggali informasi. Seorang jurnalis yang baik adalah yang berani mengungkapkan fakta, meskipun itu tidak menyenangkan,” tegasnya. (Din)