Beijing, (26/04/2025) — Scholars of Indonesia-China Network (SINO – Ikatan Cendekiawan Indonesia-Tiongkok), organisasi mahasiswa Indonesia yang menempuh studi pascasarjana di Tiongkok, menyelenggarakan SINO Doctoral Forum 2025 untuk memperingati 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Tiongkok. Forum ini menjadi ajang pertukaran gagasan, kerja sama riset, dan refleksi kontribusi akademisi muda terhadap hubungan kedua negara.
Ketua SINO, Qonidah Salsabila Senja mahasiswa S3 Tsinghua University, menyampaikan bahwa forum ini adalah wujud syukur atas kesempatan menempuh pendidikan tinggi di Tiongkok dan komitmen untuk terus memperkuat people-to-people relations. “Kami ingin menjadikan forum ini sebagai jembatan kolaborasi dan kontribusi nyata dalam penguatan hubungan kedua bangsa melalui pendidikan dan riset,” ujarnya.
Acara dibuka oleh Parulian George Andreas Silalahi (Wakil Kepala Perwakilan KBRI Beijing). Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya kerja sama bilateral di bidang pendidikan, sosial, dan budaya sebagai pilar utama hubungan Indonesia–Tiongkok yang telah terjalin sejak 1950. Ia menambahkan bahwa hubungan antarwarga yang didukung oleh komunitas akademik merupakan aset penting dalam diplomasi jangka panjang yang berkelanjutan dan saling menguntungkan.
Sesi seminar menjadi bagian utama forum, dipandu oleh Adri Arlan Sinaga mahasiswa S3 University of International Business and Economics. Seminar ini menghadirkan pembicara dari kalangan diplomatik dan akademik: Yudil Chatim (Atase Pendidikan KBRI Beijing), Prof. Xu Liping dari Chinese Academy of Social Sciences (CASS), Dr. Hendy Yuniarto dari Beijing Foreign Studies University, serta Waheed Ahmadzai dari (ATA). Diskusi difokuskan pada proyeksi masa depan hubungan kedua negara di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, geopolitik, dan transformasi teknologi.
Para pembicara menyoroti bahwa di tengah ketidakpastian global, kolaborasi dalam riset dan pengembangan sumber daya manusia menjadi kunci ketahanan bersama. Prof. Xu Liping menegaskan bahwa mahasiswa internasional dari Indonesia memainkan peran penting dalam membangun pemahaman lintas budaya dan menciptakan jaringan kerja sama yang lebih luas di kawasan Asia. Dr. Hendy Yuniarto menambahkan bahwa keberadaan diaspora akademik Indonesia di luar negeri mampu menjembatani pertukaran gagasan dan mempromosikan kolaborasi konkret antar universitas.
Sebagai bagian dari acara, diselenggarakan pula lomba poster riset internasional yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Tiongkok, Mesir, dan Malaysia. Para peserta berasal dari beragam institusi dan latar belakang disiplin ilmu. Tema riset yang diajukan mencakup isu-isu global seperti pembangunan berkelanjutan, teknologi pangan, hubungan internasional, hingga linguistik terapan. Kompetisi ini tidak hanya menampilkan kualitas akademik dan inovasi penelitian para peserta, tetapi juga menjadi ajang pertukaran ilmiah lintas budaya yang memperkaya perspektif bersama.
Dienny Redha Rahmani dari Beijing University of Chemical Technology terpilih sebagai presenter terbaik, diikuti oleh Supriyadi dari Tianjin University dan Zhuoran Li dari Peking University sebagai juara kedua dan ketiga.
Menurut panitia, partisipasi aktif mahasiswa dalam kegiatan ini mencerminkan semangat kolaboratif lintas budaya yang semakin kuat. “Salah satu tujuan utama forum ini adalah membangun ekosistem akademik Indonesia-Tiongkok yang tidak hanya terbatas pada pertukaran pelajar, tapi juga dalam kegiatan ilmiah dan kontribusi strategis,” jelas Anggara Raharyo.
Selain mempertemukan peserta secara intelektual, forum ini juga menjadi ajang jejaring mahasiswa pascasarjana dari berbagai kota di Tiongkok, seperti Beijing, Shanghai, Tianjin, dan Guangzhou. Para peserta mendapatkan kesempatan berdiskusi langsung dengan akademisi dan diplomat, memperluas wawasan serta membuka peluang kolaborasi riset dan proyek pengabdian masyarakat. Beberapa rencana tindak lanjut dari forum ini termasuk penyusunan jurnal ilmiah bersama, peluncuran program mentorship lintas institusi, dan perencanaan seminar tahunan yang akan menjadi platform tetap bagi pertukaran akademik Indonesia–Tiongkok.
SINO Doctoral Forum 2025 menegaskan bahwa diplomasi tidak hanya dijalankan oleh negara, tetapi juga oleh komunitas intelektual yang berjejaring dan aktif membangun kontribusi. Dengan semangat kolaboratif dan visi jangka panjang, forum ini diharapkan mampu mendorong kemajuan pendidikan tinggi, memperkuat kerja sama riset, dan menjaga hubungan strategis Indonesia dan Tiongkok dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan.
Iga Mawarni
Editor Unit Redaksi BPMI PPI Dunia